Sultan Ageng Tirtayasa

Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Pemimpin Kesultanan Banten

Di bawah ini adalah biografi Sultan Ageng Tirtayasa sang pemimpin Kesultanan Banten. Kalau ingin tahu simak artikel ini dari awal sampai selesai, yuk!

Mengenal Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu Pahlawan Nasional yang lahir Banten pada tahun 1631. Tokoh yang mempunyai nama kecil Abdul Fatah atau Abu al-Fath Abdulfattah ini adalah putra dari Sultan Banten yaitu Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad dan ibu yang bernama Ratu Martakusuma.

Sultan Ageng Tirtayasa mempunyai garis keturunan dengan Sunan Gunung Jati yang termasuk dalam anggota Wali Songo. Diketahui pula jika Sunan Gunung Jati adalah pendiri dari Kesultanan Banten. Sebelum diberi gelar Sultan Ageng Tirtayasa, terlebih dahulu ia bergelar Pangeran Surya

Kesultanan Banten

Ia baru diangkat sebagai Sultan Muda bergelar Pangeran Dipati saat sang ayah yaitu Sultan Abu al-Ma’ali meninggal dunia. Selanjutnya Pangeran Dipati atau Abdul Fatah ini yang merupakan seorang pewaris tahta Kesultanan Banten.

Saat sang ayah meninggal, ia belum bisa menjadi sultan karena kesultanan dipimpin kembali oleh sang kakek yaitu Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir. Hingga pada tahun 1651, sang kakek meninggal dunia dan Pangeran pun diangkat sebagai Sultan Banten dengan nama Sultan Abul Fath Abdul Fattah atau Sultan Ageng Tirtayasa.

Ia dikenal sebagai pemimpin yang mempunyai perhatian terhadap pertumbuhan agama Islam di wilayahnya. Bahkan untuk memajukannya, Sultan Ageng Tirtayasa pun sengaja mendatangkan banyak guru dari daerah lain khususnya Aceh untuk membina mental pasukan Kesultanan Banten. Selain itu, ia juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang ahli berstrategi dalam perang.

Baca Juga:  Kisah Prabu Siliwangi

Oleh karena itu, saat dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa Banten pun berada di puncak kejayaannya saat dipimpin. Tidak hanya strategi perang tetapi ia juga berpikir mengenai bagaimana cara mewujudkan sistem pertanian dan irigasi yang baik.

Sultan Ageng Tirtayasa juga membangun beberapa pondok pesantren untuk memudahkan masyarakatnya dalam belajar ilmu mengenai agama Islam. Tidak tertinggal juga masjidnya agar masyarakat juga bisa melaksanakan ibadah dengan tenang dan di tempat yang layak.

Satu hal penting lagi yang menjadi latar belakang suksesnya kesultanan ini adalah hubungan diplomatik. Kesultanan Banten mempunyai hubungan diplomatik yang kuat dengan kesultanan lain seperti Bangka, Cirebon, Makassar, dan Indrapura.

Bahkan Sultan Ageng Tirtayasa juga mempunyai hubungan baik di bidang pelayaran, perdagangan, dan diplomatik dengan beberapa negara Eropa seperti Turki, Inggris, Prancis, dan Denmark.

Melawan Belanda

Saat masa kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, terjadilah konflik antara Kesultanan Banten dan bangsa Belanda. Hal tersebut dikarenakan Belanda ikut campur dengan masalah internal Kesultanan Banten yang saat itu sedang melaksanakan pemisahan pemerintahan.

Walaupun Belanda sudah mempunyai persenjataan yang canggih tetapi mereka pun tidak bisa meremehkan kekuatan pasukan Kesultanan Banten. Maka dari itu, dengan politik adu dombanya atau Devide et Impera, Belanda kemudian menghasut Sultan Haji agar melawan Pangeran Arya Purbaya yang merupakan saudaranya. Sultan Haji dan Pangeran Arya Purbaya sendiri adalah anak dari Sultan Ageng Tirtayasa.

Sultan Haji ini mengira bahwa pembagian tugas yang diberikan Sultan Ageng Tirtayasa kepadanya dan saudaranya adalah salah satu bentuk usaha untuk menyingkirkan dirinya dari daftar pewaris tahta Kesultanan Banten.

Sultan Haji pun mengira bahwa tahta tersebut akan diberikan kepada Pangeran Arya Purbaya yang merupakan adiknya sendiri. Sultan Haji dengan dibantu oleh VOC Belanda pun kemudian berusaha untuk melengserkan Sultan Ageng Tirtayasa.

Baca Juga:  Candi Borobudur

Akhirnya, perang pun terjadi dan pasukan Sultan Ageng Tirtayasa saat itu mengepung pasukan Sultan Haji tetapi pimpinan Kapten Tack dan Saint Mantin kemudian membantu Sultan Haji. Menghadapi banyaknya pasukan gabungan menjadikan pasukan Sultan Ageng Tirtayasa terpaksa mundur dan kemudian melarikan diri ke Hutan Keranggan. Selama bersembunyi, Sultan Ageng Tirtayasa diikuti oleh beberapa orang setia misalnya seperti Syekh Yusuf dan Pangeran Purbaya.

Sultan Ageng Tirtayasa Wafat

Perang keluarga ini terjadi berlarut-larut sehingga Kesultanan Banten pun semakin melemah. Pada tahun 1683, akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan di bawah ke Batavia untuk dipenjara. Pada tahun 1962, Sultan Ageng Tirtayasa pun meninggal dunia saat berusia 61 tahun. Kemudian ia pun dimakamkan di Kompleks Pemakaman raja Banten di sebelah utara Masjid Agung Banten, Banten Lama.

Atas segala jasa dan peran pentingnya menjadikan Sultan Ageng Tirtayasa kemudian diberi gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional menurut Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 045/TK/Tahun 1970, pada tanggal 1 Agustus 1970.

Nama Sultan Ageng Tirtayasa pun kemudian digunakan sebagai nama salah satu perguruan tinggi negeri di Banten yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Sekian informasi mengenai biografi Sultan Ageng Tirtayasa yang bisa kami sampai untuk Anda. Semoga bisa bermanfaat dan menginspirasi kita semua. Terima kasih sudah membaca artikel ini dari awal sampai akhir dan sampai bertemu di artikel inspiratif lainnya!


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *